Kehidupan di dunia ini ternyata hanya memiliki dua sisi. Ada siang, ada malam. Ada baik, ada buruk. Ada pria, ada wanita. Ada kanan, ada kiri. Bahkan, kita bisa membuat daftar panjang tentang kedua sisi ini secara berpasangan, yakni : kaya-miskin, atas-bawah, luar-dalam, gelap-terang, hidup-mati, tinggi-rendah, besar-kecil, untung-rugi, cepat-lambat, pahit-manis, suka-duka, dan seterusnya.
Jika hidup kita hanya memiliki satu sisi saja, pasti akan pincang alias tidak seimjbang. Kehidupan yang normal biasanya memiliki kedua sisi itu, entah secara berbarengan maupun bergantian. Nah, karena membutuhkan kesimbangan hidup itulah orang menjadi kreatif menciptakan berbagai pola keseimbangan.
Dalam dunia bisnis, misalnya, ada bank syari'ah bagi nasabah Muslim yang menolak bunga bank karena dianggap haram. Dari situ berkembang pula konsep ekonomi syari'ah (berlandaskan agama) guna mengimbangi ekonomi yang terlalu duniawi. Bahkan, kemudian muncul "mystic corporate", semacam manajemen bisnis yang berlandaskan ajaran atau nilai-nilai keagamaan.
Secara bergurau, tetapi baik, orang juga sering mengatakan bahwa kita harus beotak Jerman (cerdas) tetapi berhati Mekkah (beriman); atau, berotak Mercy tetapi berhati sufi. Di dunia hiburan berlaku juga konsep keseimbangan : Jadikan tontonan sekaligus tuntunan.
0 komentar:
Posting Komentar